Rumah, Bata Peradaban

 Rumah... sesuatu yg setiap orang rindu baunya, indah kenangnya, ingat rupanya, terikat jiwanya kepada rumah. Disana masa lalu tinggal dan masa depan diharapkan. Jangan pernah sepelekan apa yang ada di dalamnya, karena setiap individu memiliki peran dlm membangun indahnya, bukan wujudnya tapi jiwanya. Membangun pribadi2 di dalam rumah layaknya menempatkan bata dalam membangun rumah peradaban. Semakin kokohnya suatu keluarga in syaa Allah semakin baik perannya dlm lingkungan. sebagai seorang istri dan ibu, saya ingin membangun bata peradaban saya dengan baik, saya berusaha dan senantiasa berdoa mengharapkan kelak anak2ku dapat hidup dalam sebuah peradaban yg baik, dikelilingi dengan orang2 yg berakhlaqul karimah dan saling berta'awun dlm kebaikan.

Maka kutuliskan surat2 cintaku ini utk pengingat, penyemangat serta utk menilai peran diriku dalam dan untuk keluargaku. Bismillah... wahai suamiku, anak2ku dan lingkunganku inilah surat2 cintaku untuk kalian...

Teruntuk suamiku...

Aku ingat dulu ketika baru menikah engkau bilang menjalankan rumah tangga itu ibarat mengalirkan air, ketika salah satu sedang tinggi maka merendahlah, maka air akan tetap mengalir. Jika ada yg sedang marah, maka mengalah lah agar tetap terjaga aliran rumah tangga.

Bagiku, suami istri itu juga ibarat kaki kanan dan kiri dalam melangkah. Ketika kaki kanan diam dan mengalah maka kaki kiri melangkah, begitu pula sebaliknya. Saling memberi kesempatan untuk melangkah. Bila kedua kaki tidak mau saling mengalah untuk melangkah, maka tubuh itu akan jatuh.

Suami istri itu juga ibarat driver dan navigator. Saling percaya... ketika driver konsentrasi menjalankan mobil, ia harus percaya sepenuhnya pd navigator agar tidak tersesat. Begitu pun navigator harus pintar menunjukkan jalan agar mobil tidak tersesat, jatuh, tertabrak atau menemui jalan buntu.

Menurutku romantis itu bukanlah engkau menyuapiku, tetapi romantis itu adalah ketika engkau rela menyuapi anak disaat kusibuk dengan si bayi.

Menurutku gentle itu bukan engkau datang membawakan seikat bunga, tapi gentle itu ketika engkau membawakan obat dan minuman saat aku sakit.

Aku tidak akan terbuai dengan kata2 manis, tapi aku akan terbuai ketika engkau diam dan sabar ketika aku mengeluh dan menangis.

Aku tahu bahwa engkau, suamiku, bukanlah malaikat. Engkau memiliki kekurangan dan kesalahan. Tapi, aku pun sadar bahwa diriku bukanlah bidadari yg suci akan dosa, aku pun hanya manusia biasa yg penuh kesalahan.

Aku bersabar akan kekuranganmu dan bersyukur atas kelebihanmu. Maka, bersabarlah jika engkau menemui kekuranganku dan bersyukurlah akan kelebihanku. Karena itulah ciri seorang mukmin, sabar dan syukur.
Ana uhibbuka fillah, yaa zauji...


Teruntuk anak2ku...

Aisyah dan Asma' kedua putri kecilku yang sangat aktif berlari dan merangkak kesana kemari... dengan adanya kalian, tawa kalian, tangis kalian lah rumah ini menjadi lebih berwarna. Walaupun kalian masih kecil, tapi, dari kalianlah ummah banyak belajar.

Belajar sabar terutama. Membutuhkan kesabaran yang besar mendidik dan mengasuh dua putri kecil yg hanya berjarak usia 2 tahun lebih. Ummah tau aktifnya, kerasnya keinginan, dan kreatifnya menandakan pintarnya kalian. Tetapi, terkadang memberikan dampak besar bagi riuhnya rumah... maafkan ummah yg kadang menghadapi tantrum kalian dengan tantrum juga, menanggapi tangis kalian dengan tangisan juga bahkan teriakan kalian dengan teriakan juga. Tapi, ummah ingin berubah... berubah lebih baik, lebih sabar dan lebih berilmu untuk kalian...

karena, ummah tau dan sadar betul bahwa buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Sifat2 kalian adalah sifat2 yg ummah dan abba punya, laku2 kalian adalah yg kalian lihat dari apa yg kami lakukan, ucapan2 kalian adalah apa2 yg kalian dengar dari kami. Maka, kamilah, para orang tua yg harus terus belajar dan menjadi baik untuk kalian.

ummah sangat tau bahwa kami tidak mungkin jadi orang tua yg terbaik krn manusia yg terbaik adalah Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam. kami hanya bisa belajar dari Beliau, panutan kita untuk menjadi orang tua yg baik untuk kalian. Mungkin masih banyak kekurangan kami, mungkin masih banyak kesalahan kami, tapi, kami ingin, kami harap dan kami berdoa kalian menjadi anak dan kelak mjd orang tua yg lbh baik dr kami.

Aamiin ya Rabb....


Teruntuk lingkunganku.....

tinggal dan besar di sebuah kota kecil yg cukup teratur dan homogen membuatku banyak bersyukur kepada Allah Azza wa Jalla. Menjadi anak yg bisa dikatakan 'rumahan' juga cukup kusyukuri mengingat begitu hebatnya dahsyatnya arus globalisasi banyak menggerus moral anak2 bangsa. Menjadi anak yg besar di dalam keluarga terutama ibu yang disiplin sangat kusyukuri kini hasilnya dlm hidupku.

Walau pun kadang ada rasa bosan, atau pun tekanan dr kedisiplinan yg keluargaku terapkan tapi, akhirnya Alhamdulillah semua sekarang kusyukuri dan kurasakan itu sebagai rasa cinta dari keluargaku, karena kuyakin orang tua, suami, anak2 bahkan tetangga2ku sdalah 'jodoh' yang Allah Azza wa Jalla ciptakan untukku...

karena kuyakin semua yg telah tertulis di lauhul mahfudz untukku adalah yg terbaik bagiku.  Bukan lingkungan yg harus berbuat untukku tapi apa yg akan kuperbuat untuk lingkunganku. Bukan lingkungan yg harus memberikan sesuatu untukku melainkan apa yg harus kuberikan kepada lingkunganku. karena, sebaik2 manusia adalah yg berbuat baik pd orang lain.. Wallahu ta'ala 'alam...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MPASI usia 6 bln (2 minggu pertama tahap pengenalan)

Panduan MPASI Anak Menurut WHO