Belajar menjadi Ibu Profesional

Alhamdulillah bi ni'mati tatimmussholihaat...

saya bersyukur menjadi seorang ibu dari 2 putri kecil yang sangat aktif. membersamai 2 bocah yang belum lulus berbicara setiap hari bukanlah hal yang mudah, membutuhkan tingkat kewarasan yang terjaga dengan baik, selama minimal 8 jam sehari ketika ditinggal oleh suami bekerja. awalnya, saya sempat tidak bisa berdamai dengan yang namanya jadwal. terlebih selama anak kedua saya lahir dengan tingkat menyusui yang luar biasa. saya merasa seperti sering dikejar2 pekerjaan rumah yng seperti tidak ada habisnya. 

hasilnya, saya sering uring2an, marah2 dan akhirnya merasa bersalah. Astaghfirullah... lalu, saya mulai belajar kembali untuk menjadi ibu yang lebih baik untuk anak2. mulai mencatat list to do seperti yang sudah saya tulis di sini, dan mulai pelan2 menerapkannya dalam kehidupan sehari2. Alhamdulillah, walaupun kecil ternyata membuat perubahan yang cukup besar dalam diri saya dan keluarga saya. Saya menjadi lebih sabar menghadapi anak2, semakin sering dapat ciuman dan pelukan dari si Kakak Aisyah dan si Sulung ini jadi lebih sering bilang 'Kakak Icah, sayaang sama ummah' serta mulai mencuri perhatian suami terhadap pendidikan dan pengasuhan anak yang awalnya hanya begitu saja menyerahkan kepada saya, melihat perubahan yang cukup besar pada diri saya membuat suami mulai tampak berperan lebih aktif dalam membersamai anak2. Alhamdulillah...

Pertama yang harus dilakukan adalah kembali pada NIAT dalam melakukan setiap pekerjaan. Apa niat kita saat memilih berperan dalam ranah domestik menjadi ibu rumah tangga? Mari kita tanyakan pada diri sendiri, apakah motivasi kita bekerja ?
🍀Apakah masih *ASAL KERJA*, menggugurkan kewajiban saja?
🍀Apakah didasari sebuah *KOMPETISI* sehingga selalu ingin bersaing dengan orang/ keluarga lain?
🍀Apakah karena *PANGGILAN HATI* sehingga merasa ini bagian dari peran kita sebagai Khalifah?
Dasar motivasi tersebut akan sangat menentukan action kita dalam menangani urusan rumah tangga dan pekerjaan kita

🍀Kalau masih “ASAL KERJA” maka yang terjadi akan mengalami tingkat kejenuhan yang tinggi, menganggap pekerjaan ini sebagai beban, dan ingin segera lari dari kenyataan.
🍀Kalau didasari “KOMPETISI”, maka yang terjadi adalah stress, tidak suka melihat keluarga lain sukses
🍀Kalau bekerja karena “PANGGILAN HATI” , maka yang terjadi kita akan sangat bergairah menjalankan tahap demi tahap pekerjaan yang ada. Setiap kali selesai satu tugas, akan mencari tugas berikutnya, tanpa mengeluh.

pernyataan ibu Septi Peni di atas sangat 'menampar' saya. Jujur saja, saya pernah mengalami kedua kondisi poin teratas. sehingga yang terjadi adalah kelelahan lahir dan bathin sedangkan pekerjaan rumah pun tak kunjung beres.  Alhamdulillah, sekarang saya mulai melakukan tugas2 harian rumah dengan berbinar, saya merasa lebih dihargai dan disayangi oleh orang2 disekeliling saya.

Nah, untuk lebih profesional lagi dalam menjalankan peran di rumah, saya mulai harus membuat skala prioritas. mana kegiatan yang penting dan mana yang bisa didelegasikan serta mana yang kurang penting sehingga harus dikurangi porsinya.

dalam kuliah matrikulasi ibu profesional kali ini kami diminta untuk mengikuti tahapan-tahapan sbb :
1⃣ Tuliskan 3 aktivitas yang paling penting, dan 3 aktivitas yang paling tidak penting
3 aktivitas paling penting:
  • beribadah,
  • menemani serta menyiapkan kebutuhan belajar Aisyah di rumah, 
  • melayani suami. 
3 aktivitas paling tidak penting:
  • beraktivitas dlm sosial media
  • menonton tv
  • jalan-jalan
2⃣Waktu anda selama ini habis untuk kegiatan yang mana?
 menemani serta menyiapkan kebutuhan belajar Aisyah di rumah,

3⃣Jadikan 3 aktivitas penting menjadi aktivitas dinamis sehari-hari untuk memperbanyak jam terbang peran hidup anda, tengok NHW sebelumnya ya, agar selaras.
Alhamdulillah, sdh ada kesesuaian dengan list to do sebelumnya. porsi untuk 3 aktivitas penting merupakan porsi utama.

4⃣Kemudian kumpulkan aktivitas rutin menjadi satu waktu, berikan “kandang waktu”, dan patuhi cut off time ( misal anda sudah menuliskan bahwa bersih-bersih rumah itu dari jam 05.00-06.00, maka patuhi waktu tersebut)
  • beribadah dilakukan sesuai waktu, tepat waktu dan untuk mengaji minimal 1 halaman per hari (maksimal 30 menit per waktu sholat kecuali maghrib - isya digunakan utk ibadah pribadi dan muroja'ah anak)
  • menemani serta menyiapkan kebutuhan belajar Aisyah di rumah, untuk menyiapkan/mengumpulkan materi belajar dilakukan setelah anak2 tidur 20.00 - 21.00 dan untuk menemani Aisyah belajar 08.00 - 10.00 
  • melayani suami, menyiapkan sarapan 06.00 - 06.30, makan siang 11.00 - 11.30 dan sore 17.00 - 17.30

5⃣Jangan ijinkan agenda yang tidak terencana memenuhi jadwal waktu harian anda.

6⃣Setelah tahap di atas selesai anda tentukan. Buatlah jadwal harian yang paling mudah anda kerjakan. (Contoh kalau saya membuat jadwal rutin saya masukkan di subuh-jam 07.00 – jadwal dinamis ( memperbanyak jam terbang dari jam 7 pagi- 7 malam, setelah jam 7 malam kembali ke aktivitas rutin yang belum selesai, sehingga muncul program 7 to 7)
05.00 - 06.00        sholat shubuh dan mengaji
06.00 - 06.30        menyiapkan sarapan
06.30 - 07.00        sarapan
07.00 - 08.00        menyuapi anak2, mandi, memandikan anak2
08.00 - 10.00        menemani Aisyah belajar dengan menyenangkan
10.00 - 11.00        ta'lim / dhuha activity
11.00 - 11.30        menyiapkan makan siang
11.30 - 12.00        makan siang, menyuapi anak2
12.00 - 12.30        sholat dhuhur
12.30 - 14.30        menidurkan anak2, dan beristirahat (bisa dengan tidur siang atau melakukan screen time)
14.30 - 15.30        memandikan anak2, mandi, menyiapkan cemilan anak
15.30 - 16.00        sholat ashar
16.00 - 17.00        mengantar Aisyah mengaji
17.00 - 17.30        menyiapkan makan sore
17.30 - 18.00        makan sore, menyuapi anak2
18.00 - 20.00        sholat maghrib, mengaji, muroja'ah anak, sholat isya'
20.00 - 21.00        menidurkan anak2, menyiapkan kegiatan Aisyah untuk besok, screen time
21.00 - 05.00        tidur

7⃣Amati selama satu minggu pertama, apakah terlaksana dengan baik?
kalau tidak segera revisi, kalau baik, lanjutkan sampai dengan 3 bulan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MPASI usia 6 bln (2 minggu pertama tahap pengenalan)

Panduan MPASI Anak Menurut WHO